Fakta Singkat Pembunuhan Massal Umat Kristen Armenia


Pembunuhan massal umat Kristen Armenia oleh Kekaisaran Ottoman, pada era Perang Dunia I telah memicu pertikaian antara Turki dan pihak lain yang menyebut pembantaian itu sebagai genosida.

Kata genosida memang belum ditemukan saat peristiwa itu terjadi, namun persoalan label genosida masih merupakan hal yang sensitif bagi warga Armenia dan Turki saat ini.

Banyak warga Armenia merasa pengakuan mereka sebagai sebuah negara tak akan komplit kecuali kebenaran tentang apa yang menimpa pendahulu mereka di masa lalu terang benderang.

Beberapa warga Turki masih melihat Armenia sebagai ancaman bagi Kekaisaran Ottoman di saat perang. Mereka juga beranggapan bahwa dalam kekacauan perang, memang banyak orang dari berbagai etnis tewas bahkan termasuk orang Turki sendiri.

Selain itu, beberapa pemimpin Turki khawatir bahwa pengakuan genosida bisa mengakibatkan tuntutan ganti rugi yang sangat besar.

Memperingati seratus tahun pembunuhan warga Armenia oleh Kekaisaran Ottoman yang jatuh pada Jumat (24/4), CNN merangkum apa saja yang harus diketahui soal pembunuhan massal itu.

Apa yang memicu pembunuhan massal warga Armenia yang dimulai tepat 100 tahun yang lalu?
Kekaisaran Ottoman Turki, yang saat itu baru saja memasuki Perang Dunia I serta berada di sisi Jerman dan Kekaisaran Austro-Hungaria, khawatir warga Armenia yang tinggal di wilayah kekuasaan Ottoman meminta bantuan ke Rusia. Rusia waktu itu telah lama mendambakan kontrol atas Konstantinopel (sekarang Istanbul), yang mengendalikan akses ke Laut Hitam—yang berarti akses pula ke pelabuhan-pelabuhan Rusia.

Berapa banyak orang Armenia tinggal di Kekaisaran Ottoman pada awal pembunuhan massal?
Banyak sejarawan setuju bahwa ada sekitar 2 juta orang Armenia yang jadi korban. Namun, korban pembunuhan massal juga termasuk beberapa dari 1,8 juta orang Armenia yang tinggal di Kaukasus yang berada di bawah kekuasaan Rusia. Beberapa di antaranya dibantai oleh pasukan Ottoman pada 1918 saat mereka berjalan melalui Armenia Timur dan Azerbaijan.

Bagaimana pembunuhan massal dimulai?
Pada 1914, pemerintahan Ottoman sudah menganggap Armenia sebagai ancaman bagi keamanan kekaisaran. Kemudian, pada malam 23-24 April 1915, pihak berwenang di Konstantinopel, ibu kota kekaisaran, mengumpulkan sekitar 250 intelektual Armenia dan tokoh masyarakat. Banyak dari mereka akhirnya dideportasi atau dibunuh.

24 April, yang dikenal sebagai Red Sunday (Hari Minggu Merah), diperingati sebagai Hari Peringatan Genosida Armenia di seluruh dunia. Jumat ini adalah peringatan 100 tahun hari itu.

Berapa banyak orang Armenia yang dibunuh?
Ini adalah titik utama perdebatan. Perkiraan berkisar dari 300 ribu sampai 2 juta kematian antara tahun 1914 dan 1923, dengan catatan tidak semua korban berada di wilayah Kekaisaran Ottoman. Tapi kebanyakan perkiraan, termasuk yang dibuat oleh pemerintah Ottoman sendiri, untuk tahun 1915-1918, terdapat sekitar 600 ribu hingga 1,5 juta kematian.

Entah karena pembunuhan atau deportasi paksa, jumlah warga Armenia yang tinggal di Turki turun drastis dari 2 juta pada 1914 menjadi di bawah 400 ribu pada 1922.

Bagaimana mereka dibunuh?
Hampir dengan segala cara.

Sementara jumlah korban tewas menjadi perdebatan, foto-foto dari era itu menunjukkan pembunuhan massal yang mengerikan. Beberapa memperlihatkan tentara Ottoman berpose dengan kepala korban yang terpenggal, beberapa yang lain memperlihatkan mereka berdiri di tengah tengkorak yang berserakan di tanah.

Para korban juga dilaporkan tewas dalam pembakaran massa, tenggelam, penyiksaan, gas, racun, penyakit dan kelaparan. Anak-anak dilaporkan dimuat ke kapal, dibawa ke laut dan dibuang di laut. Pemerkosaan, juga dilaporkan.

Selain itu, menurut armenian-genocide.org website, “Sebagian besar penduduk Armenia secara paksa pindah dari Armenia dan Anatolia ke Suriah, di mana sebagian besar dikirim ke padang gurun untuk mati kehausan dan kelaparan.”

Apakah genosida pada saat itu dianggap sebagai kejahatan?
Tidak. Kata genosida bahkan belum ada saat itu.

Kata “genosida” diciptakan pada 1944 oleh seorang pengacara bernama Raphael Lemkin asal Polandia untuk menggambarkan upaya sistematis Nazi yang membasmi orang-orang Yahudi dari Eropa. Ia membentuk kata itu dengan menggabungkan kata Yunani yang berarti perlombaan dengan kata Latin yang berarti membunuh.

Genosida menjadi kejahatan pada 1948, saat PBB menyetujui Konvensi dalam Pencegaan dan Hukuman Kejahatan Genosida. Definisinya termasuk tindakan untuk “membunuh, di keseluruhan atau sebagaian, sebuah bangsa, etnis, ras, atau kelompok agama.”

Siapa yang melabeli pembunuhan warga Armenia sebagai genosida?
Armenia, Vatikan, Parlemen Eropa, Perancis, Rusia, Kanada. Jerman diprediksi akan melakukan hal yang sama hari ini, di peringatan 100 tahun pembunuhan massal itu.

Siapa yang tidak menyebutnya genosida?
Turki, Amerika Serikat, Komisi Eropa, Inggris dan PBB.

Sebua sub komite PBB menyebut pembunuhan itu sebagai genosida pada 1985, namun Sekretaris Jenderal PBB saat ini menolak menggunakan kata itu.

Setahun lalu, pada peringatan 99 tahun Red Sunday, Perdana Menteri Turki (kini Presiden) Recep Tayyip Erdogan menyampaikan belasungkawa, yang ia sebut sebagai “konsekuensi tak manusiawi.” Meski Turki menolak keras penggunaan kata genosida, langkah Erdogan itu merupakan yang terjauh yang pernah dilakukan oleh semua pemimpin Turki sebelumnya.

sumber : CNN

Please login to post a comment.